Mencerdaskan Kehidupan Bangsa



-Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dan Ikut melaksanakan Ketertiban Dunia-
Kalimat diatas tidak bias dilupakan begitu saja, 12 tahun kita mendengarkan ditiap hari senin saat upara bendera dipendidikan formal, kalimat diatas merupakan semangat para founder negara Indonesia yang tidak mau melihat bangsanya terjajah karena kebodohan.
Indonesia tidak pernah dijajah karena pedang atau senapan, Indonesia dijajah karena kebodohan. Dahulu kita bukan bangsa jahil yang mengerti namun tidak merealisasikan ilmu. Kita memang bangsa yang kurang paham tentang perkembangan dunia, mungkin karena konflik persaudaraan ataukan feodalisme yang mengutuk rakyat menjadi pintar. Banyak sekali kemungkinan.
Namun, dengan semangat mencerdaskan bangsa untuk merebut kemerdekaan dilontarkan salah satu founder negeri ini, yang satunya lagi lebih memilih mencetak alat reproduksi agar tidak ada tekanan lagi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa nantinya, agar bangsa dapat diarahkan dan diberikan bekal dengan metode yang tepat sesuai dengan karakteristik bangsa itu sendiri.
Pendidikan merupakan corong peradaban, metode yang tepatlah yang menentukan tercapainya tujuan dari pendidikan itu sendiri. Apakah sampai atau tidak itu bergantung pada metode. Untuk menentukan metode itu sendiri pun memerlukan kajian yang lebih dalam dan serius, terkhusus untuk Indonesia yang merupakan negara maritim. Setahu saya iklim juga termasuk dalam kategori penentu metode yang akan digunakan dalam mentransfer ilmu pengetahuan dalam bingkai pendidikan.
Secara umum, tujuan pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia, yah manusia bukan segelintir orang yang memiliki modal atau garis keturunan ningrat. Semua manusia harus sama dalam hal pengetahuan agar penindasan dan kesewenang-wenangan tidak terjadi, karena terkadang manusia yang telah tinggi ilmunya tapi lupa kulitnya sebagai manusia, lupa jazadnya sebagai manusia, menganggap dia bukan lagi manusia.
Di Indonesia sendiri sudah jelas bahwa tujuan dari pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, kecerdasan tidak dapat dinilai dari berapa angka yang dia torehkan dalam pendidikan, berapa prestasi yang dia dapatkan, ataukah berapa jumlah pengahragaan yang dia terima selama mengenyam pendidikan, namun kecerdasan adalah bagaimana manusia mampu menjadi manusia melalui ilmu pengetahuan.
Target pendidikan hari ini bukan lagi mengarah kepada tujuan yang sebenarnya, bukan lagi bersifat subtansial namun lebih kearah formalitas. Pendidikan hari ini mengejar kuantitas tanpa melihat kualitas. Kualitas dipandang sebagai nomor kesekian dalam keberhasilan pendidikan.
Jika manusia terdidik, maka kesewenang-wenangan dan penindasan pasti akan hilang. Karena manusia sudah mampu berteriak tentang kebenaran. Soe hok gie pernah melukiskan kalimat indah tentang kebenaran “apakah yang lebih puitis daripada mengatakan kebenaran”. Kurang lebih seperti itu. Hakikat pendidikan itu sebenarnya memisahkan antara benar dan salah, bukan dengan keahlian mengolah kata atau keahlian interpretasi.
Apakah metode yang digunakan hari ini sudah tepat untuk melakukan transfer pengetahuan? Mungkin pertanyaan itu yang harus dijawab oleh para pemerhati dan pemikir pendidikan. Rasanya lebih banyak pemerhati politik disbanding pemerhati pendidikan. Munculnya organisasi-organisasi yang bertujuan untuk mengajarkan anak-anak dipedalaman menurut saya bukti bahwa negara masih belum mampu mencerdaskan kehidupan bangsa secara merata. Bahkan dalam hal ini negara tidak mampu melakukan counter hegemoni terhadap pemikiran-pemikiran luar yang belum tentu sesuai dengan karakteristik bangsa.
Sejak bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, jepang tidak menanyakan berapa banyak ahli politik atau perang yang masih hidup, tapi menanyakan berapa banyak guru yang hidup dan selamat. Dan kita lihat sekarang bagaiman jepang mampu bangkit dari keterpurukan.
Kecerdasan bangsa merupakan salah satu cita-cita Indonesia yang dilukiskan dengan kalimat dalam aturan paling mendasar di negara ini, Undang-Undang Dasar 1945, tinggal metode yang tepat yang digunakan agar Indonesia mampu mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu metode yang sangat tidak tepat diterapkan diIndonesia yaitu Ujian Nasional atau dengan kata lain metode sapu rata. Yah sapu rata dinegeri kepulauan yang daerah bahkan iklim yang tidak sama dalam hal pendidikan dipaksakan untuk sama.
Metode boleh tidak sama, subtansi dan tujuanlah yang harus sama. Bukannya keadilan menempatkan sesuatu sesuai pada tempatnya?

Komentar

Postingan Populer