Reuni

Jakarta 1 Desember 2017

Taman Ismail Marzuki (TIM), adalah tempat yang jarang terlewatkan ketika panggilan ngopi datang, atau sekedar meresapi unsur-unsur kesenian dipenatnya ibukota. Malam itu, adalah malam yang berharga untuk saya ceritakan melalui ketikan keyboard yang bunyinya seperti musik didalam kepalaku.

Kurang lebih sudah setengah jam saya menunggu seseorang untuk bertemu, tepatnya di TIM. Seorang yang pernah begitu dekatnya lalu menghilang ditengah rutinitas masing-masing. Sembari menunggu, kukeluarkan lah sebungkus rokok yang akupun tahu suatu saat nanti akan membunuhku baik itu melalui kesehatan badan, maupun kesehatan finansial. Teringat slogan yang kami gunakan semasa SMA dulu, rokok adalah pasangan yang paling setia mendampingi kita, menemani kita, tanpa menuntut apa-apa.

Nampaknya, malam ini akan menjadi panjang. sembari menunggu, saya mulai mengambil tempat yang strategis untuk kongkow, sembari membuang segala gengsi ibukota, bahwa tempat nongkrong itu di mall atau coffe shop, saya malah memilih untuk nongkrong di TIM yang menurut saya lebih nyaman. Bahkan sebelum membuat janji, orang yang akan saya temui ingin bertemu di salah satu tempat nongkrong yang lumayan digandrungi mereka-mereka yang mementingkan gengsi. Saya tetap keukeuh dengan pendirian, ke ibukota namun tongkrongannya di tempat mainstream sama saja tidak merasakan nikmatnya malam ibukota.

Beberapa jam menunggu, rasanya orang yang ingin ditemui tak kunjung tiba juga. Tiba-tiba HP berbunyi, isi pesannya "maaf yah, malam ini gak jadi dateng, soalnya udah larut". Okelah, karena sudah terlanjur duduk dan pesan, kunikmatilah malam itu ditemani dengan sesuatu yang setia tadi.

Tepat pukul 00.00, ada pemandangan unik yang saya lihat. Beberapa orang berpeci putih jalan kaki menuju arah monas sepertinya, beberapa diantara orang itu memegang bendera. Yah, saya ingat hari ini adalah reuni aksi 212, yang diagendakan di monas. Beberapa dari mereka berjalan berkelompok-kelompok, mungkin beda asal atau apalah. Tapi ada yang menarik perhatian saya, mereka jalan tanpa bertegur sapa satu sama lain, dan tanpa meperdulikan orang-orang yang mereka lewati.

Pertanyaan saya, kenapa mereka tidak mengajak saya untuk reuni?  Apakah tampang saya adalah tampang pendosa? atau setidaknya mengingatkan saya kemana jalan yang harus saya tempuh. Bukan jalan kemonasnya, tapi kemana jalan yang harus saya tempuh, agar saya tidak angkuh saat saya mengetahui satu ayat suci.

Sembari saya memperhatikan, pandangan saya tertuju kearah jalan yang tepat berada didepan TIM, gerombolan muda mudi keluar dengan cara berjalan yang sempoyongan, apakah mereka ingin ikut reuni juga? ataukah mereka ingin nongkrong juga. Yang jelas cara berpakaian berbeda dari gerombolan yang saya liat sebelumnya. Salah satu pemudi yang saya lihat sepertinya sedang kurang enak badan, Pkl 02.00 digotong dengan 2 pemuda berjalan keluar dari jalan tersebut, sembari muntah. Saya malam itu dapat berkesimpulan, bahwa dia sedang kurang enak badan, atau karena terlalu merasakan keenakan badan itu sendiri.

Momen paling bersejarah yang saya lihat malam itu adalah, pada saat sekelompok orang yang menggunakan peci, berpapasan dengan sekelompok pemuda-pemudi yang sedang kurang enak badan. Saya membayangkan apa yang terjadi, pertemuan antara malaikat dan iblis didepan mata saya dengan jelas. Saya akan menjadi saksi hidup pertemuan ini, pikirku dibenak. Dan yang terjadi adalah, mereka yang menggunakan peci tetap berjalan kedepan, dan sekelompok pemuda-pemudi yang kurang enak badan tetap berjalan juga tanpa memperdulikan orang lain. Malam itu saya gagal menjadi saksi sejarah, saya sudah menerka-nerka akan terjadi apa yang seharusnya diperintahkan bahwa sesama umat kita harus saling mengingatkan. Mungkin defenisi umat yang saya pahami terlalu dangkal, ataukah mereka yang tidak berpenampilan yang sama bukan bagian dari umat.

Kukembalikan diri dan pikiranku kedunia, meminum sisa kopi yang telah kupesan, menghembuskan asap rokok yang saya hisap. Kemudian menggerutu "sial, lupa arah kekosan lagi"

Komentar

Postingan Populer