sebatas asap
ada sesuatu yang tak dapat terungkap dengan kata, ketika semua berubah di negeri anta branta
kita berdua duduk bersama sembari bercerita, cerita yang tak kunjung habisnya untuk terlupa
tertawa untuk melupa, angin kini menjadi pengganti sebuah sosok yang mungkin terlupa
semua pergi bersama pelangi, saat hujan mulai terganti oleh matahari.
terkadang sendiri dalam ramai, terkadang sepi dalam diam, terlalu banyak terkadangnya sehingga semua seakan kebetulan.
hidup ini seakan kebetulan, dengan dihiasi takdir yang tertetapkan. kini jari jemari mulai menari di atas lapisan plastik yang dihiasi dengan rangkaian huruf-huruf abjak yang tak pernah kumengerti, mengapa mereka tersusun sedemikian rupa, selayaknya rindu yang tersusun dengan rapi tanpa ada yang tahu kapan rindu itu akan pergi atau rindu itu akan menjadi rindu yang tak bertuan.
raga mungkin ada disuatu tempat, namun apakah pikiran tetap sama. raga mungkin tak dimiliki, karena ia hanyalah titipan Sang Maha Pemilik, namun hati tetap sama seperti hati.
semua berubah seakan semua takkan menjadi sama, semua berubah bahkan karena harta. namun hati tetap sama, namun hati tetap menjadi gumpalan daging yang tak bisa berubah menjai rambut-rambut tipis. begitulah kerja hati yang takkan berubah.
yang berubah hanya yang bisa berubah, yang mati hanya semua yang bisa mati, bahkan rasa bisa menjadi mati ketika terlalu banyak merasa.
semua memliki batas, karena manusia hanya membatasi. bahkan asap pun memiliki batas kemana dia mampu bertahan, kemana dia mampu melayang, kemana dia mampu berasap, seperti kemana rindu mampu merindu.
kita berdua duduk bersama sembari bercerita, cerita yang tak kunjung habisnya untuk terlupa
tertawa untuk melupa, angin kini menjadi pengganti sebuah sosok yang mungkin terlupa
semua pergi bersama pelangi, saat hujan mulai terganti oleh matahari.
terkadang sendiri dalam ramai, terkadang sepi dalam diam, terlalu banyak terkadangnya sehingga semua seakan kebetulan.
hidup ini seakan kebetulan, dengan dihiasi takdir yang tertetapkan. kini jari jemari mulai menari di atas lapisan plastik yang dihiasi dengan rangkaian huruf-huruf abjak yang tak pernah kumengerti, mengapa mereka tersusun sedemikian rupa, selayaknya rindu yang tersusun dengan rapi tanpa ada yang tahu kapan rindu itu akan pergi atau rindu itu akan menjadi rindu yang tak bertuan.
raga mungkin ada disuatu tempat, namun apakah pikiran tetap sama. raga mungkin tak dimiliki, karena ia hanyalah titipan Sang Maha Pemilik, namun hati tetap sama seperti hati.
semua berubah seakan semua takkan menjadi sama, semua berubah bahkan karena harta. namun hati tetap sama, namun hati tetap menjadi gumpalan daging yang tak bisa berubah menjai rambut-rambut tipis. begitulah kerja hati yang takkan berubah.
yang berubah hanya yang bisa berubah, yang mati hanya semua yang bisa mati, bahkan rasa bisa menjadi mati ketika terlalu banyak merasa.
semua memliki batas, karena manusia hanya membatasi. bahkan asap pun memiliki batas kemana dia mampu bertahan, kemana dia mampu melayang, kemana dia mampu berasap, seperti kemana rindu mampu merindu.
Komentar
Posting Komentar