Mulut, mata, tangan, kaki adalah alat untuk merealisasikan apa yang disebut dengan cinta
       Cinta, terlalu banyak orang yang mendefinisikan apa itu cinta, bagaimana cinta bekerja, dan sebagainya. Diriku pun sempat terbuai dalam alunan nada-nada definisi cinta yang mereka artikan dengan berbagai aliran, dengan berbagai pandangan, dengan mengorek pemikiran-pemikiran sang pujangga yang nantinya mereka benturkan dengan diri mereka sendiri, hingga akhirnya mereka meng-iyakan apa yang diucapkan oleh para pakar cinta menurutku.
      Ada yang mengatakan bahwa cinta itu adalah non-materi yang dibenturkan kepada materi yang berubah menjadi sifat-sifat yang menuju kepada kebaikan, cinta adalah segala sesuatu yang indah, cinta adalah perasaan suka yang menjelma menjadi perasaan saling menyayangi, dan sebagainya.
     Tak bisa kupungkiri, dalam perjalanan sewaktu itu, diriku mulai membenarkan segala sesuatu yang mereka sampaikan, yang mereka kaji lebih mendalam lagi, dalam sampai akhirnya tenggelam dalam apa yang disebut dengan cinta.
      Namun, sempat diriku ragu akan semua itu, ragu akan cinta, karena cinta yang selalu mereka sebut, selalu mereka agungkan tak dapat kujumpai saat itu juga, sepertinya mereka mengenal cinta, namun diriku masih menunggu cinta itu, diam menunggu memandang satu arah, dan tak akan berpaling untuk selamanya, sempat terbersit dalam hati, akankah dia juga merasakan hal yang sama?
      Nada-nada minor pun menjadi pengobat hati, dimana dalam menanti hanya hati yang dapat berdiri, tusukan-tusukan dari luar seakan ingin menjatuhkan hati, namun hati pun tak bisa lumpuh, entah mengapa, entah ada apa, Cuma menerka yang bisa dilakukan akal.
      Bahkan diriku rela menjadi majnun, hanya untuk menunggu dan bertemu oleh cinta, hati akan selalu bersabar karena hanya kesabaranlah yang dimiliki seonggok daging ini. Dalam do’a selalu terucap satu nama, dalam diam selalu terbayang satu wajah, dalam hening selalu terdengar satu suara, dalam ramai selalu nampak satu terang. Itulah dirimu cinta.
        Mereka menyebut cinta, mereka mendefinisikan apa itu cinta, mereka bertanya kepadaku dimana cinta, lalu aku menjawab, aku tak bisa mendefinisikan cinta, aku tak bisa menceritakan cinta, namun aku bisa melihat cinta, melihatnya didalam satu wujud materi, melihatnya tersenyum kepadaku, melihatnya dalam ramainya orang-orang, melihatnya dalam sepi, melihatnya dalam mimpi, menyebutnya dalam do’a, itulah dirimu sayang, cintaku adalah engkau, engkaulah yang selalu mewarnai hariku dengan warna-warni sayang mu.

Maafkan diriku menempatkanmu pada posisi ketiga dalam hatiku sayang
Pertama, adalah Tuhan-ku
Kedua, adalah keluargaku
Ketiga, adalah dirimu bersama cintamu
Sampai angka berapapun setelah tiga, dirimulah yang mengisi semua tempat itu sayang..

Komentar

Postingan Populer