Politik ?

      Politik (dari bahasa Yunani: politikos, yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan dengan warga negara, dari bahasa Inggris; politic (adj): bijaksana, beradab, berakal, yg dipikirkan ; polite (adj) : sopan, halus, beradab, sopan santun, terpilih, yg halus budi bahasanya ; policy (noun): kebijaksanaan, haluan negara , bahasa Jerman ; politisch : diplomatic, politic, calculating, designing, wise, clever, smart, prudent, intelligent , bahasa Russia ; Политика, politika : reasonable, prudent, wise, sensible, discreet, clever, deft, deliberate, considered, advised, measured, discerning, penetrating, shrewd, astute, perspicacious, calculating, prudent, tactical, forehanded, provident, bahasa Jepang ; 政治,Seiji : polite, courteous, conscientious, close, diplomatic, politic), adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
        Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional.
Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:
  • politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles)
  • politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara
  • politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat
  • politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.
Sumber. Wikipedia

   Berbagai pandangan telah tergambarkan tentang politik pada ranah non-materi yang dapat masuk dan terpahamkan oleh sebagian orang-orang yang mengatakan atau terhukumi dengan sebutan idealis. Yah, itulah sebabnya kenapa orang-orang yang terhukumi dengan kata idealis hanya mampu berbicara dan menawarkan konsep-konsep yang bersifat non-materi di dunia materi yang tercemari empirisme yang terkadang bertolak dengan apa yang berada di ranah non-materi.
   Aristoteles mungkin bisa beranggapan sedemikian rupa pada jamannya, karena hanya beberapa kepentingan yang menyatu, dan kepentingan-kepentingan itu mencakupi sedikit populasi di jamannya. Namun, jika beliau menginjakkan kakinya di waktu sekarang, apakah dia mampu ataukah punya keberanian untuk mengeluarkan konsep-konsep politik yang telah tertuang dalam berbagai tulisan dengan terjemahan-terjemahan dalam berbagai bahasa yang kiranya mudah dipahami oleh segelintir orang-orang yang memanfaatkan akalnya untuk hidup tidak seperti hewan.
    Hanya saja, tidak sedikit idealis-idealis yang menjual dirinya dan menghapuskan idealisme hanya untuk sebuah materi yang terbatas ruang dan waktu, sehingga dia hanya bisa mendongengkan kejayaan-kejayaan ideologinya yang hanya berkutat dalam waktu sebelum dia menjual pahamannya. Mereka tak pantas terhukumi sebagai idealis.
     Ketika jubah-jubah dan tirai-tirai tirani yang terbungkus dan tersusun rapi di dalam kemunafikkan topeng-topeng senyuman terbuka, mulut terasa bungkam dan enggan untuk berkata bahwa putih adalah putih, hitam adalah hitam, hingga abu-abu pun mengeksistensikan dirinya di dalam pahaman-pahaman yang tak tersusun kembali.
      Konsistensi dan semangat yang di pupuk hanyalah berkutat dalam tengkorak tanpa ada realisasi sehingga dapat berwujud layaknya materi yang dapat di inderai, hanya “ia” bergejolak dalam logika hingga akhirnya mempengaruhi pola tingkah laku sehari-hari yang nantinya tak ada hitam tak ada putih, ddan semua menjadi ketiadaan yang sia-sia layaknya seorang sophies yang skeptis.
    Jika kendaraan yang disebut dengan politik dapat dengan mudahnya membawa kita menuju apa yang manusia katakan sebagai kekuasaan, adakah kendaraan lain yang mengatakan susahnya menjalankan yang namanya amanah. Kekuasaan hanya disandingkan dengann penindasan sehingga ada yang berkuasa dan ada yang dikuasai, tidak ada keseimbangan didalamnya sehingga yang ada hanya berat sebelah ringan sebelah, tajam kebawah, tumpul keatas.
     Begitu mudahnya kita mengatakan politik, menggunakan poltik tanpa kita sadar, poltik terkadang lembut seperti kapas, dan tajam seperti pedang, hingga kita hanya perlu diam dan menafsirkan seperti apa politik menampakkan eksistensinya kepada materi yang tak terpisahkan dengan non-materi ini. 

materi memiliki batasan seperti ruang dan waktu, konsekuensi yang dapat direalisasikan, sedangkan ideologi menari dengan bebasnya tanpa memiliki batasan dan konsekuensi yang terealisasikan



Komentar

Postingan Populer