Surat Untuk Mahasiswa

          Malam itu disekretariat, seperti malam-malam biasanya kawan-kawan mahasiswa berdiskusi, beradu argument, beradu pengetahuan tentang segala sesuatu yang menjadi persoalan bangsa ini, persoalan-persoalan yang nantinya hanya menjadi mimpi-mimpi buruk untuk dilakukan perubahan, persoalan-persoalan yang nantinya hanya menjadi nyanyian teman tidur, disaat kantuk mulai menusuk mata sedikit demi sedikit.
      Beberapa waktu membuatku termenung, sedikit kali diriku mulai terlepas dari perbincangan-perbincangan yang tiap malam menghiasi sekretariat dan papan tulis dengan spidol dan penghapus menemanu ketika koreksi-koreksi telah menghujani. Yah, namanya mahasiswa sudah pastinya melakukan gerak, entah itu gerak statis dalam ruangan atau ada realisasi dari gerak statis itu kedepannya.
          Banyak cita-cita yang tersusun dan nantinya hanya akan terhapus oleh sejarah bangsa yang kadang kala terkaburkan atas nama POLITIK. Cita-cita aktifis yang melacurkan ideologinya dengan iming-iming kemewahan yang menguras uang negara, menguras uang rakyat, tapi mereka tidak membayar pajak.
          Sejarah telah menggoreskan tinta-tinta pergerakan mahasiswa, sejak tahun 1908 dilanjutkan lagi tahun 1928, dilanjutkan lagi 1945, kemudian 1966, lalu 1974, 1977,1978, lalu muncullah keputusan presiden yang saat itu entah harus dituliskan namanya ataukah tidak, Beliau mengeluarkan keputusan presiden tentang NKK/BKK, kemudian dilanjutkan tahun 1990, lalu yang paling dikenal hingga sekarang 1998.
           Kemana engkau para AKTIVIS terdahulu, adakah yang engkau tanamkan kepada kami generasi baru tentang cita-cita yang negara ini idamkan, bukan tentang apa yang secara subjektif engkau jadikan sebagai cita-cita negara. Adakah perubahan yang engkau lakukan setelah sejarah telah menempatkan namamu menjadi bagian dari dirinya? atau MATIkah pergerakan itu? Mungkin melihat realitas yang terjadi di kalangan mahasiswa sekarang, engkau SOE HOK GIE tidak bisa lagi mengeluarkan dengan lantang kata-kata yang engkau tuliskan di buku catatanmu.
          Ada dua tipe mahasiswa sekarang, mahasiswa yang merasa dirinya sebagai akademisi yang bangga dengan panggilan intelek muda dan mahasiswa yang merasa dirinya aktivis yang bangga ketika telah memegang toak dan berdiri atas nama rakyat. Bukankah sama seperti mahasiswa terdahulu, ataukah beda? Entahlah ini hanya pandangan subyektif yang kebenarannya masih terbantahkan dengan mahasiswa-mahasiswa yang merasa tersinggung akan tulisan ini.
           Dongeng-dongeng dimasa lalu, membuat kita berkoar-koar menjadikan diri sebagai mahasiswa yang sudah ketinggalan jaman tentang pergerakan yang dilakukan, banyak elemen mahasiswa yang bertikai karena persoalan ideologi, banyak mahasiswa yang bertikai karena penafsiran MAHASISWA. Dimana engkau aktivis yang dahulunya berkoar tentang persatuan bangsa, sudah capekkah, sudah bosankah? atau sudah nyamankah dengan setelan jas dan bangku yang begitu empuk dibandingkan saat dahulu yang hanya berhiaskan terpal, kipas anginpun tak ada.
         Lihatlah kami disini mencontoh tindakan-tindakan yang harusnya butuh penjelasan dan pemahaman, agar kami tak salah menafsirkan mahasiswa dan pergerakan. Bukan tentang estafet yang kami terima, tapi tentang apa subtansi dari setiap yang kau lakukan.
           Seandainya engkau memberikan penjelasan kepada kami tentang yang kau lakukan, kami mungkin tak akan terpecah seperti sekarang ini, ataukah engkau memberikan keleluasan kepada kami untuk bergerak dan menafsirkan yang kalian lakukan dengan cara dan zaman kami sendiri.

Biarlah sejarah menjadi sejarah yang mungkin terlupa
Biarlah kini menjadi masa kini yang terjalani
Esok akan dipenuhi sosok
Sosok yang mungkin nantinya menjadi elok

Komentar

Postingan Populer