Malam Akan Selalu Menjadi Dingin



Malam ini terasa begitu dingin, sampai-sampai menembus tulang yang hanya terbungkusi oleh kulit. Bukan karena hujan yang menghiasi sore tadi, atau bukan karena angin yang melambai-lambai dengan tenangnya di udara. Banyak tanya yang terlontarkan dalam benak itu sendiri, mengapa terasa dingin ketika malam telah menampakkan kehadirannya, mengapa matahari tak mampu menghangatkan bumi saat malam telah datang dengan senyum bulan yang menghiasinya.
Tubuh kecil ini pun seakan terasa berat, tanpa mampu menopang molekul-molekul yang membentuk raga ini, bahkan calcaneus pun seakan ingin meronta dan berteriak, “aku sudah tak sanggup menemani harimu lagi”. Dinginnya malam datang kembali, datang seakan membawa berita.
Namun, dalam berita itu sempat terbayang roman-roman yang tak bisa terdendangkan dengan lagu cinta apapun, saat engkau datang membawakan senyum mu itu kembali, membawakan kasihmu kembali, sesaat semua tanya terjawab. Akhirnya dingin malam pun malu dan pergi, karena kau telah membawa kehangatan di sisiku, senja pun seakan iri melihatmu yang mampu memberi ketenangan dalam hati saat malam mulai ingin memperlihatkan dirinya.
Kini malam yang tadinya kutakut untuk berjumpa walau hanya sedetik pun, tak lagi terasa saat kau tersenyum manja kepadaku. Bahkan tulang belulang ini tak mampu lagi berdiam diri saat engkau getarkan roman-roman kekosongan yang telah terisi.
Hai kekasih, datanglah setiap saat walau hanya dalam bentuk mimpi. Hiasilah hari dengan senyummu yang mampu menggetarkan gumpalan daging yang disebut hati, yang mampu member kehangatan disetiap pagi yang entah selalu terasa dingin, yang mampu memberi cinta bagaikan pelangi yang tak berujung ke bumi.
Kini dunia telah merekam kita dalam bentuk sepasang kekasih, yang mewarnai kanvas Tuhan dengan kuas pandangan kita, yang akan kita pertanggung jawabkan disisi sang pemilik kanvas.

Komentar

Postingan Populer