Generasi Curiga




Curiga adalah kata untuk menunjukkan perilaku manusia yang tidak mempercayai sesuatu sebelum mendapatkan keyakinan
Sejarah kelam suatu bangsa akan mempengaruhi tindakan orang-orang yang ada didalamnya untuk tidak terjebak ataupun tidak kembali ke masa-masa suram yang pernah menggerogoti tiap tenggorokan manusia-manusia yang mengikatkan dirinya melalui kontrak social dalam suatu Negara.
Indonesia sebagai Negara yang baru lahir, bisa kita katakana baru menuju keproses pendewasaan diri sebagai sebuah Negara yang berdaulat pernah mengalami sejarah-sejarah kelam dimana kekuasaan menitipkan mata dimana-mana untuk mempertahankan tahta kekuasaannya agar berdampingan dengan Tuhan.
Reformasi sebagai salah satu kata yang menjadi semboyan para reformis-reformis muda yang kini menggunakan pakaian-pakaian bagus untuk tampil bukan lagi dijalan berteriak melainkan diruang-ruang nyaman yang penuh kemegahan.
Kini reformis-reformis muda mulai bermunculan dengan semangat reformasi dan tidak tunduk kepada manusia-manusia penindas dan mempertahankann ruh dari semangat reformasi yang tergerus oleh suhu ruangan yang cukup membekukan hati nurani. Reformis-reformis muda yang dilahirkan dirahim-rahim yang mengaku sebuah universitas yang hanya akan mengakui sesuatu jika telah menjadi sesuatu.
Universitas yang seyogyanya menjadi tumpuan sebuah peradaban akhir-akhir ini seakan menanamkan nilai-nilai kecurigaan terhadap manusia-manusia yang ada didalamnya, tekhusus untuk mahasiswa.
Pola-pola yang dilakukan oleh birokrasi kampus pun beragam, ada yang mengatakannya sebagai kekerasan akademik, kekerasan simbolik dan semacamnya, dengan dalih untuk menjadikan mahasiswa manusia yang beradab menurut pahaman universal para pemiliki modal hari ini.
Entah apakah pola yang digunakan hari ini tetap sama dari dulu ataukah pola yang baru sesuai dengan keinginan penguasa yang tidak mau kejadian masa lalu terluang dimana mahasiswa menjatuhkan rezim-rezim yang bersembunyi dibalik kata kemanusiaan untuk bertindak selayaknya hewa buas yang kian hari kian brutal memakan rakyat-rakyat miskin yang renta
Entah peradaban bagaimana nantinya yang akan tercipta jikalau para generasi penerus dididik dengan jalan saling curiga dan kebohongan-kebohongan yang diabadikan dengan alas an realitas sosial dimana ilmu pengetahuan tidak berguna jikalau penguasa hanya menanamkan benih-benih pohon duit untuk para pendidik yang mengakunya idealis yang selalu diikuti dengan kata realistis.
Rasa-rasanya generasi penerus Indonesia dijajah dengan berbagai macam jajahan baik itu dari luar maupun dari dalam Indonesia itu sendiri. Kata TIDAK hanya keluar melalui mulut-mulut penguasa yang otoritarian, yang egois. Penguasa yang munafik yang katanya mementingkan semua pihak ternyata mementingkan diri sendiri dan koleganya.
Generasi curiga hanya menghasilkan pemimpin yang curiga, peradaban yang penuh dengan kecurigaan, kemusnahan yang dipertanyakan.

Komentar

Postingan Populer